Cara Asyik mendidik Anak
Saat
anda berusia 5-10 tahun, tentu anda sangat menikmatinya bukan? Bebas
bermain dan tak terbebani tanggung jawab yang berat. Saat di usia
itu, anda merasakan indahnya menjadi anak anak. Anda mulai akrab
dengan teman-teman, dari pagi hingga terbenamnya sang fajar.
Terkadang, anda juga tidak merasa bersalah atas kesalahan-kesalahan
yang kerap kali anda lakukan, Tak sedikit orangtua yang mengeluh
mengenai perilaku anaknya dimasa ini. Mereka mengeluh karena sang
anak sulit diatur dan menuruti kemauan mereka. Tak jarang, orangtua
merasa jengkel, dan menggunakan amarah untuk mengatur anaknya.
Dalam
mendidik anak, hal ini tentunya tidak baik, karena dapat menyebabkan
anak minder dan berfikiran bahwa segala perbuatannya adalah
kesalahan. Padahal, tujuan orangtua sebenarnya agar anak mengerti dan
tidak melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Adanya
perbedaan pemahaman antara orangtua dan anak inilah yang menyebabkan
timbulnya permasalahan.
Sebagai
orangtua yang bijak, anda harus menyikapi permasalahan ini dengan
arif. Anda tidak boleh gegabah dalam menyikapinya. Karena kesalahan
anda dalam mendidik anak pada usia vital seperti ini cukup
berpengaruh pada kehidupan anak dikemudian hari.
Berikut
cara-cara mendidik anak yang mengasyikkan untuk anda dan anak anda :
- Memposisikan diri anda sebagai anakMisalkan anak anda menjatuhkan piring yang kemudian pecah. Pahamilah bahwa mereka belum terbiasa denga rutinitas yseperti itu yang sudah kita lalui puluhan tahun. Alangkah lebih bijak jika anda memposisikan diri anda sebagai anak, anda pasti akan memahami perasaan mereka jika mereka menerima omelan atau cacian. Hal ini akan lebih menyenangkan jika anda menasehatinya dan memberikan pelajaran bagaimana memegang piring yang benar dan mengajak mereka membersihkan pecahan piring yang berserakan. Tentunya, hal ini akan membuat anak paham atas kesalahan mereka dan bagaimana usahanya agar tidak terulang kembali.
- Hindari perkataan yang memojokkan anakTak sedikit orangtua berkata “Kamu tuh!.. atau “Hhh.. susah banget sih dibilangin!”. Ucapan-ucapan inilah yang membuat anak merasa terpojokkan dan beranggapan bahwa mereka adalah sumber masalah. Sebaiknya mulai sekarag anda biasakan untuk menghilangkan kalimat-kalimat itu dengan kalimat yang lebih baik. Misalkan saat anak tidak ingin mengganti pakaian mereka yang kotor, sebaiknya anda mengatakan “kenapa sayang? Baju kotor itu... bla bla..” pertanyaan singkat yang disertai penjelasan sederhana membuat anak memahami mengapa orangtuanya berbuat demikian. Kemungkinan anak merasa terpojokkan menjadi lebih kecil.
- Membela bukan berarti membenarkanSaat anak pulang ke rumah dengan kondisi menangis dan mengadu pada anda bahwa dirinya di jahili dengan teman-temannya, anda tidak berhak langsung maju ke medan perang dan menghabisi teman-temannya. Lebih baik jika anda mengkonfirmasi masalah itu ke kedua belah pihak, antara anak anda dan teman-temannya. Jika anda memutuskan untuk mengkonfirmasi ke teman-temannya terlebih dahulu, anda perlu memperhatikan etika dengan bertanya secar sopan santun bukandatang-datanng dan langsung memarahi mereka, ingatlah bahwa mereka juga memiliki orangtua sama seperti anak anda. Setelah mendapat konfirmasi dari kedua belah pihak, anda dituntut untuk adil dalam menyelesaikan masalah ini, jika ternyata anak anda yang salah, katakan itu salah. Membela dengan membenarkan segala perbuatan anak adalah hal yang tidak baik karena membuat anak merasa dilindungi jika berbuat suatu kesalahan.
- Tidak menuruti semua yang diinginkan anakSaat anda mengajak anak jalan-jalan ke tempat perbelanjaan, tentu anak akan meminta hal apa saja yang mereka lihat. Sebagai orangtua, anda berkewajiban membatasi apa saja yang layak dan belum layak untuk mereka. Sebagai contoh anak meminta untuk dibelikan mobil-mobilan. Sebelum anda membelikan mainan itu, anda sebaiknya membuat perjanjian dengan anak bahwa setelah ini ia tidak mendapat mainan lagi dalam jangka waktu 1 bulan. Saat 3 minggu telah berjalan, dan anak meminta dibelikan mainan yang baru, anda harus mengingatkan perjanjian awal mengenai pemberian mainan. Meskipun anak anda merengek atau bahkan menangis, anda harus menolaknya. Tujuannya adalah agar ia mengerti arti dari perjanjian tersebut dan juga memahami bahwa tidak semua yang ia inginkan dapat segera diberikan./adi.5/