Jumat, 05 April 2013

Mountains And Her

Pada suatu hari ada anak yang bertanya kepada ayahnya, mengapa sang ayah tega melakukan hal itu kepada sang bunda yang telah susah payah melahirkan dirinya. Sang anak tidak setuju dengan perbuatan ayah,ia murka besar dengan merobohkan lemari pakaian yang terdapat di kamar itu. Ayah juga tak kalah hebat, ia membalas ungkapan marah anakanya dengan cara membanting pintu higga engsel-engsel yang melekat di kayu penopang pintu pun terlepas.
    Mereka berdua terlibat pertikaian hebat namun tidak melibatkan fisik,hanya mengungkapkannya dengan membanting, memecahkan, dan berteriak-teriak. Entah mengapa mereka berdua tidak melakukan hubungan fisik layaknya masyarakat pada umumnya yang menyelesaikan suatu permasalahan dengan pertempuran adu jotos alias kekerasan. Keributan mereka terdengar hingga komplek sebelah,para warga pun tidak ada yang berani menegur atau mengingatkan kedua orang yang sedang dilanda emosi itu karena mereka berdua terbilang orang terpandang di komplek itu, mereka juga lah yang biasanya menasehati atau mengingatkan para warga jika ada yang sedang mengalami permasalahan pelik seperti ini. Para warga merasa segan untuk menasehati kedua orang itu karena mereka merasa diri mereka tidak pantas untuk menasehati orang-orang bertittle dan berpangkat tinggi sepertim mereka.

    Mentari telah berkibar kembali, suana dingin malam pun mulai tergantikan oleh sejuk udara pagi yang diselingi hangatnya sinar mentari. Namun, keadaan tidak berubah di rumah pak Kuncoro dan anaknya Endo. Mereka tetap menyimpan emosi yang meletup-letup, tanpa mereka sadari perbuatan yang mereka lakukan sehingga merubah keadaan rumah dari semula aman tentram  menjadi hancur bak bangkai kapal Titanic sehabis menabrak Gunung Es.
Mereka berdua menutup diri dalam kamar masing-masing tanpa ada kontak satu sama lain. Pak Kuncoro terlihat sedang merenung dan memikirkan masa indahnya dahulu saat sedang berpacaran dengan istrinya. Pak Kuncoro mengenang masa itu denganmelihat koleksi foto-foto yang mereka abadikan di sebuah album berwana hijau. Saat awal pak Kuncoro membuka album tersebut, ia membaca “Kenangan indahku dan kamu,menjadi kenangan tak terlupakan hingga akhir hayat‘’. Ia terharu saat membaca tulisan itu,merasakan kehangatan ketika foto itu diambil. Foto itu berupa Pak Kuncoro dan Bu Yustira sedang makan ice cream berlatrkan menara Eiffel. Foto itu diambil pada tanggal 14/10/1975. Meskipun sudah lama, foto itu tetap awet tak termakan  usia.
Sambil tersedu-sedu Pak Kuncoro melanjutkan melihat-lihat poto selanjutnya. Kemabali, ia menemukan foto dirinya bersama sang istri sedang berada di padang pasir menaiki unta dan terlihat patung spinx di samping mereka seolah patung itu ada didalam genggaman mereka. Di foto itu, muka Pak Kuncoro terlihat tidak begitu bahagia karena ada seusatu yang terjadi pada perusahaan yang sedang dipimpinnya pada masa itu. Berbanding terrbalik dengan Istrinya, sang istri terlihat tersenyum lepas seperti take memilik beban apapun.
Begitu seterusnya, ia kembali menangis, tersedu, tertegun, dan histeris saat melihat foto-foto yang terdapat di Album Hijau itu. Keadaan tak jauh berbeda juga terasa di kamar Endo. Namun lain dengan pak Endo yang melihat foto-foto di Album lawas,Endo melihat foto-foto di akun Facebook miliknya. Ia membuka album berisikan foto bersama keluarganya. Ya,keluarganya adalah Pak Kuncoro sebagai ayah tirinya, dan Bu Yustira adalah ibu kandungnya. Disana,ia melihat pemandangan-pemandangan indah di berbagai negara, mulai dari Pegunungan Tibet,Gunung Kilimanjaro, tak kalah dari dalam negeri yakni Gunung Semeru dan Gunung Merapi. Ternyata,mereka adalah keluarga pendaki gunung,mereka cukup sering mengadakan pendakian gunung,tiga minggu sekali mereka mengadakan pendakian yang biasanya dilakukan dalam jangka waktu 5-6 hari belum termasuk perjalananya.
Dahulu, Endo juga senang mendaki gunung dengan ayah kandungnya, namun malang,sang ayah gugur saat mencoba mendaki Gunung Everest dan di makamkan di daerah gunung tersebut. Endo yang saat itu berusia 10tahun bingung bagaiman cara untuk pulang ke tanah air,di Kedutaan Besar Indonesia untuk Nepal dan menginap disan sekitar dua hari. Saat hari ketiga,ia bertemu dengan Pak Kuncor yang take lain ialah sahabat pendaki gunung ayahnya, Pak Kuncoro menyanggupi untuk membawa Endo untuk pulang ke tanah air.
Sesampainya di Indonesia, Endo langsung dijemput di Bandara Soetta oleh ibu nya, sang ibu telah mendapat kabar dari KEDUBES Indonesia bahwa ayah Endo meninggal dunia. Ibupun sempat shock, namun berusaha menutupi perasaan itu karena takut menambah kesedihan lagi untuk Endo.
Suasana berubah menjadi riuh,kala ada 3 orang Polisi memasuki rumah Endo dan Pak Kuncoro. Pak Kuncoro yang mendengar kedatangan Polisi itu pun sontak kaget dan ketakutan,ia bersembunyi di balik tembok lemari yang memang di desain untuk bersembunyi. Namun usaha Pak Kuncoro gagal,karena Endo membeberkan tempat persembunyian ayah tirinya itu. Akhirnya,Pak Kuncoro ditangkap dengan status sebagai tersangka pembunuhan berencana.

By : Adi Ihsanuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar